M.K. Abdushshamad
Dari : Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur'an
Allah berfirman,
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yailg khusyu' dalam shalatnya." (al-Mu'minuun: 1-2)
Para pakar ilmu jiwa menyatakan bahwa
manfaat shalat bagi seorang ditinjau dari sudut kejiwaan lebih banyak
dari hanya sekadar dihitung, dan lebih umum dari hanya sekadar disebut.
Dalam shalat, seseorang mengingat tuhannya. Sesungguhnya semua urusan
berada di tangan-Nya. Sesungguhnya manusia dalam dunia ini hanya milik
Allah semata. Jika ada orang zalim yang menganiayanya, maka hendaknya ia
serahkan masalahnya kepada Zat yang semua kekuasaan langit dan bumi
berada di tangan-Nya. Jika dunia ini serasa sempit baginya, maka
hendaknya ia lekas berlindung' kepada Zat Yang Mahaluas kasih sayang-Nya
terhadap segala sesuatu yang ada.
Perasaan psikis semacam ini dapat
menarik seseorang menjadi tenang dan tenteram jiwanya. Selanjutnya bisa
menolongnya untuk melangkah terus dalam kehidupannya secara sehat
jasmani maupun sehat akalnya. Hal ini sebagaimana berdiri di hadapan
Allah sebanyak lima kali dalam sehari, dan memohon ampunan dari-Nya
terhadap segala dosa yang telah diperbuatnya, menjadikan seseorang kebal
dari berbagai gangguan kejiwaan yang bersumber dari rasa hina diri dan
perasaan selalu bersalah yang ditimbulkannya.
Dengan demikian, curhat merupakan salah
satu bentuk media pengobatan yang kini mulai diberlakukan di setiap
rumah sakit kejiwaan maupun syaraf, sebagaimana yang telah disarankan
para dokter jiwa dengan cara memilih seseorang yang akan dijadikan
tempat untuk curhat. Tidak semua orang selalu dapat dijadikan tempat
untuk curhat. Tetapi, orang yang dijadikan tempat curhat itu juga tidak
harus seorang dokter atau salah seorang tokoh agama.
Yang penting adalah merasa bahwa orang
ini akan selalu mendengarkan, merasakan, dan membantu. Maka, bagaimana
jika orang itu lebih cenderung untuk mengembalikannya kepada Allah Zat
Yang Maha Mendengar, Melihat, dan Memiliki semua perkara yang ada?1)
Kolheim, seorang Inggris yang masuk
Islam dan mengganti namanya dengan Abdullah, mengatakan bahwa ketika ia
sedang bepergian di atas sebuah kapal laut menuju Tango, tiba-tiba
muncul badai yang menerjang hingga kapal hampir saja tenggelam. Para
penumpang menyelamatkan barang bawaan mereka dan berlari-larian ke semua
penjuru. Mereka kalut dan tak tahu harus berbuat apa. Secara tiba-tiba
pula ia menyaksikan sekelompok kaum muslimin sedang membentuk satu
barisan sambil bertakbir, bertahlil, dan bertasbih.
Lalu ia bertanya kepada salah seorang
dari mereka, "Apa yang sedang kalian lakukan?" Ia menjawab, "Kami sedang
shalat kepada Allah." Maka ia bertanya kembali, "Tidakkah kalian
bergegas untuk mengendalikan kapal agar tidak tenggelam?" Ia menjawab,
"Tidak... Sesungguhnya kami shalat kepada Allah, Zat yang hanya di
tangan-Nyalah semua urusan berada. Jika Dia menghendaki, maka Dia pasti
menghidupkan (kami); dan jika Dia berkehendak pula, maka Dia mematikan
(kami)."
Peristiwa inilah yang menyebabkan ia
ingin mempelajari agama Islam sekaligus sebagai hidayah baginya untuk
masuk ke dalam Islam. Bahkan, ia akhirnya menjadi salah seorang dai
besar di Inggris, dan telah banyak orang yang masuk Islam olehnya.
Alkount Henry de' Castre berkata, "Suatu
ketika aku keluar menuju gurun pasir untuk menyenangkan diriku (untuk
senang-senang) dengan berkendaraan kuda bersama 30 orang Arab kampung
yang juga menunggang kuda-kuda mereka. Setelah beberapa saat berjalan,
mereka memberhentikan perjalanan, mengingat telah masuk waktu shalat.
Maka, turunlah mereka dari kuda-kuda mereka dan membentuk satu barisan.
Dengan kopiah-kopiah putih, mereka merunduk-runduk dan sujud dengan
gerakan-gerakan secara teratur, serta mengagungkan Allah (bertakbir).
Seketika itu, aku diselimuti perasaan tak menentu yang tidak bisa
diungkapkan, antara malu dan marah. Orang-orang Arab ini dengan sangat
yakin menganggap diri mereka lebih mulia dariku dan lebih agung
cita-citanya.
Betapa indahnya pemandangan mereka,
sedangkan kuda-kuda mereka tampak berdiri khusu di dekat mereka,
dikendalikan oleh bumi. Kuda-kuda itu terlihat tenang (tidak liar),
seolah dikendalikan oleh hawa khusu yang terpancar dari ibadah shalat
serta rasa takut kepada Allah itu. Aku terbayang seolah diriku berada di
tengah-tengah penduduk desa, di mana untuk pertama kali dalam hidupku
aku melihat dengan mata kepalaku sendiri orang-orang yang sedang
menyembah Allah.2)
Jelaslah sudah bahwa semangat Islam
untuk melakukan shalat berjamaah mendorong terealisasinya tujuan
kejiwaan. Yaitu, mempererat hubungan mahabbah 'kecintaan' di antara
orang-orang yang melakukan shalat dan semakin menguatkan rasa kasih
sayang di antara mereka. Kumpulan yang bersemangat ini meskipun berbeda
pakaiannya, asal-usulnya, dan usianya bersama-sama berdiri membentuk
satu barisan, yang dipimpin oleh pemimpin (imam) guna melaksanakan
ibadah shalat, yang kadang ia (sang imam) justru yang paling miskin di
antara mereka.
Sudah betapa banyak gambaran shalat
berjamaah ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi siapa saja yang
sedang melihatnya dari kalangan orang-orang non-muslim. Seorang juru
tulis Inggris Herros Liev berkata," 'Sungguh sesuatu di dunia ini yang
paling memuaskanku adalah bila setiap agama yang ada itu selalu menyeru
kepada persamaan di antara semua orang tanpa pandang bulu. Aku telah
mengunjungi banyak sekali gereja maupun tempat-tempat peribadahan. Aku
lihat dalam tempat-tempat peribadahan tersebut terjadi pemisahan antara
lapisan (kedudukan seseorang) sama persis dengan keadaan yang terjadi di
luarnya.
Aku sangat yakin pasti di dalam
masjid-masjid (Islam) juga demikian halnya. Akan tetapi, betapa kagetnya
diriku ketika menyaksikan perasaan sederajat yang sungguh sangat luar
biasa di antara kalangan umat Islam. Di sana aku menemukan orang-orang
yang beraneka ragam jenis dengan kedudukan mereka yang berbeda-beda.
Betapa sangat mulia beban di antara mereka semua, tanpa ada satu pun
orang yang merasa rikuh,, meskipun cukup tinggi kedudukannya ketika
shalat bersebelahan dengan orang yang barangkali lebih rendah
pangkatnya."
Nilai kejiwaan yang ditinggalkan oleh
shalat lebih agung dari hanya sekadar yang bisa disebabkan, sebagaimana
telah kita bahas. Ini berdasarkan; pengakuan para pakar ilmu jiwa asing
yang beragama nonmuslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar